TEMAN atau LAWAN

 Oleh : BAEDT GIRI MUKHODDAM BILLAH

Suatu hal itu pasti ada lawannya. Seperti jauh dan dekat, jatuh dan bangun, malas dan semangat, dan lain-lain jenisnya. Hal-hal tersebut kebanyakan sudah jelas mana yang positif dan mana yang negatif, akan tetapi ada satu hal yang banyak tertipu pada hal yang disebut “kawan atau lawan”. Banyak kekeliruan yang sangat signifikan bila terjadi salah pengertian dalam menanggapi hal ini.

Teman adalah seseorang yang menuntunmu atau membantumu kepada yang positif, setia menemani dengan tulus sedih maupun senang, mencegah apapun yang merugikan kita, walaupun itu semua dilakukannya dengan cara yang menyenangkan atau menyakitkan. Kemudian musuh adalah orang yang merugikan kita dengan cara apapun, ia bisa menjadi penyamar yang handal dengan nama samaran teman, dan yang paling mengerikannya adalah membuat teman kita yang sebenarnya menjadi musuh.

Tanpa kita sadari, banyak yang kita anggap teman, tapi hakekatnya musuh, begitu juga sebaliknya kita menganggap musuh, ternyata dia teman yang tanpa kita sadari dibantu agar kita dapat meraih apa yang kita cita-citakan. Contoh nya saja, si Agus bercita-cita menjadi ulama’ yang bisa menjadi singa podium di Indonesia. Maka temannya yang bertugas sebagai pengatur sebuah acara disekolahnya mengkandidatkannya sebagai pembicara atau pemberi sambutan di beberapa event. Kemudian musuh yang kita anggap teman ini menghasut dengan memberi tahu si Agus bahwa temannya itu meng-kambing hitamkan si Agus.

Kita cukup sering menghadapi persoalan tersebut. Tinggal kita saja yang mau menyadari kebenaran tersebut, karena hakekat kebenaran itu memang kejam, begitulah kebenaran. Terkait dengan teman, Rasulullah juga mengatakan juga pada hadis nya yang berbunyi 
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال رسول اللهﷺ: 
أحبب حبيبك هونا ما عسى أن يكون بغيضك يوما ما , وأبغض بغيضك هونا ما عسى أن يكون بغيضك يوما ما.
(HR.At-Tirmidzi no. 1997 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani Dalam Shahih Al-Jami’ no 178) 

Yang artinya : “Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang kamu cintai sekarang suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi suatu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai. 

Seperti itulah scenario kehidupan yang kita jalani, kita tidak bisa menentukan siapa yang harus kita cintai, dan siapa yang harus kita benci. Karena hanya Allah yang menjadi produser pada drama kehidupan yang kita alami ini. Kita cuma perlu menjadi aktor yang baik dalam skrip-skrip yang telah dibuat, kemudian memperbaiki kelihaian cara kita berakting agar kita mendapat peran utama dalam kehidupan ini. 

Let’s Play Our Character   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH