Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

RINDU

Gambar
Oleh: Lely Musdalifah Agustina Wahai ibu.. Di malam yang sunyi ini Teringat akan suatu kerinduan  Yang sudah lama aku rasakan Bolekah aku titip salam pada sang malam? Bahwa aku rindu akan kenangan bersamamu.. Ibu.. Jika waktu bisa diputar  Ingin rasanya bersamamu.. Hingga akhir nanti.. Pondok Pesantren Darun Nun Malang 

RUNTUH

Gambar
  Doc. Pribadi Oleh : Hilwah puiTsaniyah   Tiang-tiang tak lagi kokoh Siang malam tak lagi bermakna Seluruh angkasa seakan runtuh Kala ia yang kusebut ibu tak lagi bisa ku sentuh   Lagu-lagu tak lagi berirama Keadaan pun ikut berbeda Semua terasa sama, Hampa tanpa hadirnya   Rapalan doa yang kupanjatkan Tak lagi untuk membersamai perjalanan Kini hanya potretmu yang kupunya Serta nasihat-nasihatmu yang tertanam di kepala   Pondok Pesantren Darun-Nun Malang

JENGAH

Gambar
Indah Mawaddah Rahmasita Bulsit, apa yang kau katakan! Kata-katamu Cuma candu bagi mereka, Bukan untuk ku seorang reformatif, Gerak gerik ku tuk perubahan, Memang kita berkawan, Tapi kita tak sejalan, Bulsit, apa yang kau katakan! Aku jengah dengan kau, Kau Cuma tipu-tipu, Rayuanmu Cuma imaji, Kau bukan golonganku, Bulsit, apa yang kau katakan! Cukup sudah, Jangan kau ulangi, Biarlah jangan kau sesali, Ini realita bukan imaji, Sadarlah, Bulsit, apa yang kau katakan! Kenapa kau seperti itu, Jengah ku melihatmu, Jangan kau ukir lagi, Tiap-tiap kata yang kau ucap, Hanyalah cakapan angin saja Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Jelang Tidur

Gambar
Oleh : Meisya Eva Natasya   Suara koko ayam terdengar nyaring Berlomba memasuki ruang tidur Saling memberi helai demi kehangatan Hingga desisan perlahan mulai lenyap Sunyi  Bisikan malam kini kelam Menjadi buta pada telinga yang menjadi mata Desisan itu dirindukan Yang seperti biasa jadi penghantar mimpi Menjelang gelap gulita Akan kembali menaungi kelambu pita Jelang tidur ialah sahabat Sebab duanya tak lagi bermakna Menjelang tidur, Rupanya hadir sekejap dalam pejaman Itu angan dari harapan Pengantar tidur malam jadi nyenyak Mimpi menjelang tidur ialah harapan yang sesungguhnya

BERPROSES

Gambar
Oleh: Hariski Romadona Setya  Aku... Aku akan terus melangkah Berjuang berproses mencapai tujuan  jangan pedulikan hinaan cercaan teruslah bergerak tinggalkan keraguan Tergores luka Terpeleset jatuh Ayo... Ayo bangkit Bangkit tuk melangkah Jangan sudi tuk menyerah Hidup itu sulit Bagi mereka yang tak pernah mencoba Hidup itu membosankan Bagi mereka yang lemah dan putus asa Tetapkan tujuan sebuah pergerakan Banyaklah belajar luaskan wawasan  Jangan jadi pecundang Bangkit teruskan perjuangan Agar sampai di tempat tujuan  Pondok Pesantren Darun Nun Malang

MAU MATI, TAPI SUSAH (BAGIAN II)

Gambar
Oleh: Moh. Rizal Khaqul Y         Baru sampai di halaman rumah aku langsung tancap gas, putar balik menuju rel yang barusan aku lewatin. Sampai di sana, kuparkir motor dan lari menuju rel yng dilewatin kereta tadi, ya tentunya aku cari tempat yang agak jauh dari keramaian, sampai di lokasi aku berbaring, tidur melintang di atas rel.         Setengah jam aku tunggu, belum ada kereta yang lewat, malah bukan kereta yang kudapati tapi keringat membasahi sekujur badan, karena saat itu pukul 12:43 siang, memang waktu terik-teriknya matahari. Kurang lebih 40 menit aku berbaring, tiba-tiba ada orang dari kejauhan memanggil, “Woy woy woy, mas sini!”  gak ada pilihan sih emang, karena lama kutunggu kereta gak kunjung melintas, kuhampiri orang tersebut.  “Ada apa mas?, mau terapi gatel atau mau cari vitamin D?” sambil menyodorkan air mineral dingin “Enggak pak, makasih pak ya” “K alo mau bunuh diri jangan di sini mas, lagian masnya kalau mau bunuh diri salah rel mas, seharusnya rel yang satunya b

HAKIKAT KEBEBASAN

Gambar
  Oleh: Kholidatun Nur Wahidiyah Kikuk terbata-bata  Menyengkap segala kebungkaman  Sepi dengan segala keramaian  Yang mengoyak batin saban hari  Monolog terus bergelut dengan keadaan  Sejak talaran bermain Sajak-sajak pun terdeklamasi begitu saja Ditemani simfoni alam yang riang  Segala tindak-tanduk dileburkan  Tak ada lagi kaku  Biarkan situasi berbinar bak musim semi Inilah hakikat bebas digurui sunyi     Pondok Pesantren Darun Nun Malang

SULIT

Gambar
Oleh: Raihan Ammar Syafril R Berat tuk mengubah sikap Sebab demi Tuhan, rasa ini masih sama Memandang wajahmu aku tak lagi kuasa Oh, jangan sampai di hadapanmu meneteskan air mata Mengertilah, aku lelaki yang benci menangis Mengertilah, berapa banyak luka di hati yang teriris Aku benci menjadi aku Yang selalu mewiridkan namamu dalam tiap sujudku Pondok Pesantren Darun Nun Malang 

MAU MATI, TAPI SUSAH

Gambar
  Oleh: Moh. Rizal Khaqul Yaqin         “Saur saur saur, tok tok tok, sauuur”   suara pemuda desa memecah kesunyian malam pertama bulan puasa, aku terbangun, mengumpulkan nyawa dan sedikit semangat untuk mempersiapkan makan sahur, sembari menengok ke arah dinding kamar melihat jam yang menunjukkan pukul  03:00.      Aku duduk di ujung ranjang, ngelamun, mengingat bulan puasa tahun lalu ketika rumah sempit yang kutinggali masih menjadi tempat favoritku untuk pulang, saat itu Ibuku masih menemani hari-hari di bulan Ramadhan, menemaniku sahur dan berbuka puasa. Maklum memang, pekerjaan yang ku lakoni memungkinkan libur untuk pulang kerumah hanya di bulan puasa saja, jadi yaa bulan puasa itu momen yang kutunggu-tunggu, selain melepas penat dari rutinitas kerja yang sangat padat, juga melepas rindu untuk Ibu yang tak hanya menjadi sosok Ibu saja, melainkan juga ayah, kakak, teman ngobrol dan curhat.         Tak pernah terfikir di benakku, bulan puasa tahun lalu menjadi momen-momen terakhir