LELAH YANG TERBAYARKAN
Oleh : Hilwah
Tsaniyah
Sengaja
ku jadikan gambar ini sebagai wallpaper handphone ku, pemandangan danau yang
di selimuti kabut yang perlahan menghilang bersamaan dengan terbitnya matahari
diantara dua buah bukit yang sangat mempesona mata yang melihatnya. Telah
kulalui bukit demi bukit untuk sampai ke Ranukumbolo, pemandangan yang ku ambil
ketika aku berjalan ke luar tenda camping mengelilingi lapangan luas yang penuh
dengan tenda-tenda pendaki.
Ya
aku berhasil mendaki gunung Semeru, walaupun hanya sampai Ranukumbolo karena
keterbatasan waktu yang membuat kami tak bisa sampai ke puncak sana. Butuh
waktu beberapa hari untuk sampai ke puncaknya, sedangkan kami hanya punya waktu
tiga hari saja. Jadi mendaki kali ini hanya untuk berlibur sebelum mulai perkuliahan
dan sekedar melepas rindu dengan kakak ku, kami memang sudah merencanakannya
sejak satu bulan yang lalu setelah aku kembali ke malang. Kami tidak hanya
berdua, namun kakak ku mengajak dua teman lainnya dari jakarta satu laki-laki
dan satu perempuan (fyi : kakak ku ini laki-laki).
Mereka
berangkat pada hari Jum’at kemudian mereka sampai di Malang pada hari Sabtu dan
kami langsung berangkat menuju ke Tumpang yakni tempat penyewaan jeep dan kami
bisa langsung menuju ke Ranu pani, tempat awal pendakian ke Semeru. Sesampainya
di sana kami langsung masuk ke ruangan untuk diberi arahan dan informasi barang
apa saja yang boleh dan tidak di bawa ke atas sana. Karena kakak ku sudah
pernah ke sana, jadi dia sudah menginfokan terlebih dahulu kepada kedua
temannya dan begitupun aku.
Kami
mulai mendaki pukul empat sore dan waktu pendakian untuk sampai ke Ranukumbolo
hanya butuh 4 sampai 5 jam, jalur pendakiannya yang landai membuat aku tak
merasa terlalu lelah, namun tetap ada beberapa jalur yang menanjak dan
berpasir. Kami sampai di pos 1 bersamaan dengan terbenamnya matahari dan kami memutuskan
beristirahat untuk sekedar melepas dahaga dengan minum air puti dan makan nasi
yang sempat kami beli di warung dekat arah jalur awal pendakian.
Di
gunung Semeru setiap posnya itu tersedia warung yang menjual kebutuhan makanan
seperti air, buah, dan gorengan. Juga ada tempat yang disedakan untuk sekedar
duduk-duduk melepas lelah sejenak dan terdpat kamar mandi di salah satu posnya,
yaitu pos 4. Penerangan yang seadanya hanya dengan dua lampu senter dan udara
malam yang begitu dingin membuat kami harus terus bergerak agar rasa dinginnya tak terlalu
menusuk juga agar tak terlalu kemalaman di jalan.
Ini
pengalaman pertamaku mendaki di malam hari, walaupun gelap namun aku
menyukainya karena selama perjalanan mendaki ada sinar bulan yang menemani kami
selama pendakian, sesekali ku tengok ke atas untuk melihat bulan yang bulat
sempurna indah itu. Aku juga menyukai pendakian ketika malam hari karena
menurutku tidak terlalu terasa
melelahkan dan kami hanya harus fokus
melihat ke jalan yang dilalui mengikuti lampu senter yang ku genggam. Namun
memang juga agak sedikit membosankan karena tak ada pemandangan yang dapat
menyegarkan mata dan menambah semangat.
Kami
sampai di Ranukumbolo pukul sembilan malam, setelah itu kami mengeluarkan dan
langsung mendirikan dua tenda, satu untuk aku dan teman perempuat kakak ku dan
satu lagi untuk kakak ku dan temannya yang laki-laki. Setelah selesai di
dirikan kami langsung bersih-bersih di kamar mandi yang tersedia di sana dan
langsung masuk tenda masing-masing untuk beristirahat. Makin malam udaranya
terasa benar-benar dingin. Dingin sekali. Baru kali ini aku sampai menggigil,
ku coba pejamkan mataku untuk tidur namun hasilnya nihil badan ku terus
bergetar dan aku benar-benar menggigil. Namun akhirnya aku dapat tertidur pulas
setelah aku double baju dan jaket yang ku bawa.
Tenda
ku tepat berada di depan danau Ranukumbolo, rasa lelah selama berjam-jam
mendaki dan udara dingin yang membuat tidur ku tak nyaman rasanya menghilang
dan terbayar begitu melihat secuil dari begitu banyaknya keindahan yang di
ciptakan oleh tuhan yang maha kuasa atas segala sesuatu. Aku tak mau rugi karena
kehilangan momen yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Ku ambil gambar setiap
sudut pemandangan yang berada di sana, aku tak mau menyia-nyiakannya dan tak
lupa kami foto bersama untuk kenang-kenangan.
Kemudian
kami memasak bahan-bahan yang telah di beli sebelum berangkat mendaki dan
memakannya bersama dengan ditemani pemandangan yang cantik itu. Setelah selesai
makan, kemudian kami berkemas barang-barang yang kami bawa dan melipat kembali
tenda kami dan dimasukkan kembali ke tas yang di pakai oleh kakak ku dan teman
laki-lakinya. Kami turun pada minggu siang sekitar pukul sebelas siang, dan aku
tak sabar untuk segera sampai di bawah dan langsung beristirahat sesampainya di
basecamp pendakian. Aku berjalan paling depan karena jalurnya yang menurun.
Aku
sangat kesal karena koleksi foto-foto pemandangan yang ku jepret dengan hanphone
tiba-tiba hilang, lenyap begitu saja dan hanya gambar itu yang tersisa
selebihnya hanya foto kami bersama-sama. Lagi-lagi lamunanku buyar karena
handphone ku berdering. Ah, ku kira telepon dari seseorang, ternayat hanya
alarm pertanda bahwa aku harus segera tidur karena waktu sudah menunjukkan
pukul sebelas malam.
Komentar
Posting Komentar