SEKILAS TENTANG MASA ITU
Oleh: Kamila Maryam
Kotta
Hari juma’at yang
penuh berkah, ku tata kembali kembali niat dan hati ini untuk menepaki awal
pengabdian ku di Negeri apel itu. Sebut saja namaku Raina. Mahasiswa jurusan
bahasa dan sastra Arab di salah satu perguruan tinggi Islam Negeri. Akhir
semester lima adalah masa yang rawan dengan berbagai kegiatan pengabdian
masyarakat, atau yang biasa kita sebut dengan KKM (kuliah kerja masyarakat). Tak
ku sangka daerah Songgokerto menjadi pijakan pertama bagiku untuk mengukur
sejauh mana kemampuan ku dalam mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah
dipelajari selama ini.Jauh sebelum diri ini masuk dalam dunia pendidikan di
kancah universitas, telah ku tanamkan dalam-dalam bahwa “merantau adalah
pilihanku dan mengabdi adalah kewajibnaku”.
Hanya sekedar
berbagi pengalaman tentang kegiatan sehari-hariku selama KKM di Songgokerto.
Bisa dikatakan aktivitas ku berputar layaknya jarum jam, dimana jarum akan bergerak dan melewati angka-angka yang ada dan akan terus seperti
itu. Inti kegiatan ku hanya berporos pada tiga sasaran dalam satu hari yakni
PAUD Rosella, TPQ At-Taubah dan tempat belajar anak-anak. “Sederhana namun
berharga” begitulah aku mendeskripsikannya. Banyak hal dan pengalaman
yang kudapatkan dengan begitu mudahnya,
Selama KKM bukan
jam atau hp yang menjadi alarm bagiku, melainkan udara. Udara di desa yang ku
tempati dua kali lebih dingin ketika fajar menjemput. Ketika mata terbuka pikiran ini langsung teringat akan pertemuan dengan adik
adik kecil di PAUD nanti. Mengajar di PAUD adalah cara Allah memberi tahu,
bahwa anak kecil adalah ladang dimana kamu dapat menabur amal jariyah,
mengingat sebelumnya diri ini cukup tertutup dengan anak kecil.Ada pepatah yang
mengatakan “ apa yang kamu tanam, itulah yang akan kamu panen”. Dan hal itu
yang ku pahami ketika berhadapan dengan adik-adik kecil polos dan menggemaskan
itu. Setiap kata yang kita ucapkan dan tindakan yang terlihat dari kita jika
dikaitkan dengan mereka bagaikan ukiran di atas batu. Kata-kata dan tindakan
adalah ukirannya dan akal pikiran mereka adalah batu nya, akan selalu diingat
dan dikenang sepanjang masa.
Suasana hari
pertama mengajar sama seperti pelajar baru yang sedang dalam masa ospek, ada
perkenalan di setiap pertemuan. Mengajar anak usia 3-4 tahun harus sabar hati
dan mental, mengingat fokus dan tenaga mereka yang menjadi tantangan bagi
pengajarnya.Emosi harus selalu terkontrol dan kesabaran harus bisa dijunjung
tinggi. Ketika pertama kali di suruh untuk membuka pembelajaran ada rasa gugup
yang luar biasa, ada rasa takut tentang bagaimana kalau yang disampaikan akan
membawa hal negatif bagi mereka, namun tak disangka di belakang sana ada
seorang wanita hebat yang biasa di panggil ibu guru, sedang mengangkat tangan
sambil terkepal seraya memberi dorongan semangat kepada saya sambil tersenyum
lebar.
Hari demi hari
berlalu dengan begitu cepatnya, banyak pelajaran yang kudapati dari mereka,
bagaimana hati dan pikiran kita harus selaras, agar nantinya dapat memunculkan
kata-kata yang bisa mereka terima dengan baik. Bagaimana seorang guru harus
paham betul dengan kata disiplin, karena hal itu lah yang menjadi tolak ukur
kepribadian mereka. Ada satu poin berharga yang saya dapatkan selama mengajar
di PAUD yakni“anak murid mendapat pelajaran berupa ilmu dari sang guru, sedangkan
guru mendapat pelajaran berupa pengalaman dari sang murid”.
BERSAMBUNG....
Pondok Pesantren Darunnun Malang
Komentar
Posting Komentar