TUKANG KEBUN DAN SANG MAWAR
Oleh: Ahmad Zahrowii Danyal Abu Barzah
Kutahu
Ada yang berharga bagiku
Yang selalu kujaga hingga kini
Dan tak pernah kuelakkan
Meski habis dimakan hari-hari
Kutahu
Apa yang Aku dambakan
Yang menidur-pulaskan jemari
Dengan segala upaya jerih
Walau jangka tak dapat kupijaki
Kutahu
Asa yang menjelma bersama
Yang kian kini tak pernah berpisah
Datang-pergipun bagai sepasang mata
Kendati deras hujan membahana pada payungnya
Kutahu
Ala yang tak sadar dianak-mamakan
Yang kelak menjadi primadona
Rupawan bagai rindang sang gemintang kejora
Biar purnama cemburu akan dirirnya
Waktu telah bernarasi
Pada kisah nan menggemaskan singgasana
Tentang sang mawar yang merona
Dan tentang tukang kebun di taman surga
Elok nian sang Tukang Kebun
Getol nan cakap mengasuh penghuni keukenhof
Hingga suatu dini sang Mawar
Jatuh hati tuk pertama kali dengannya
Bahagia, kini menyatu diri sang Mawar
Tiap pagi menunggu penantian sang Tukang
Berharap disiramkan guyuran butir asmara
Agar hatinya tetap terpancar sempurna
Semula mawar mendengung tuk berucap
Akan tanda tanya yang selama ini ia cemaskan
Sampai suatu saat tepat dihadapannya
Yang dirindukan tak kunjung tampak
Gundah gulana kan merongrong kian menderu
Akan sebuah rasa yang tak tersampaikan
Nahas diri sang Mawar terhujam
Dan dengan lihai menggugurkan tiap daunnya
Lalu Alam mengiba terhadap sang mawar
Mendadak nian muncul
Dengan sejuta pesan manis
Kan Beradu kening dengan sang tukang kebun
Hingga alhasil buah hatinya menyambut sang mawar
Dengan untaian selendang bait-bait syair
Yang mengalun lagi mendayu selaras frekuensi
Seakan isyarat sepasang mata nan kian serasi
Malang, 29 September 2020
Pondok Pesantren Darun-Nun Malang
Komentar
Posting Komentar