THE STORY BEHIND USING THE HIJAB
oleh : Hilwah Tsaniyah
Lia adalah anak bontot dari 2 bersaudara, kakak pertamanya adalah laki-laki. Ia lahir di tengah
masyarakat yang religius. Ibu-ibu di lingkungannya pun mengenakan hijab ketika di luar rumah maupun ketika berpegian jauh.
Sejak kecil Lia disekolahkan oleh keluarganya pada sekolah-sekolah Islam. Saat berumur 5 tahun, Lia sekolah di salah satu Taman Kanak-kanak yang bernapaskan Islam bernama TK Al-Abror. Setelah lulus, Lia didaftarkan di salah satu yayasan milik keluarga besar sekaligus sesepuh di kampungnya, yakni sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) yang setara dengan Sekolah Dasar. Karena jaraknya yang dekat dari rumah, juga menjadi salah satu alasan keluarganya memilih sekolah tersebut. Di samping itu, sekolah tersebut terkenal memiliki kualitas bagus dan berakreditasi A.
Enam tahun berlalu, Lia naik kelas ke jenjang MTs (Madrasah Tsanawiyah) atau setara dengan
SMP (Sekolah Menengah Pertama). Lia dan mayoritas teman satu angkatannya memilih untuk melanjutkan pendidikannya di yayasan yang sama. Canti, salah satu teman terdekatnya sejak MI, ia dikenal sebagai orang yang agamis. Berbeda dengan teman perempuan lainnya yang menanggalkan hijabnya ketika keluar dari gerbang sekolah, namun Canti tetap menggunakan hijabnya bahkan saat bermain.
Di rumah, Lia bermain bersama teman-temannya yang beda sekolah. Novi adalah teman
dekatnya di rumah yang bersekolah di sekolah negeri sejak SD hingga SMP. Novi bersekolah di salah satu sekolah menengah pertama tervaforit se-Provinsi Jawa Barat. Mereka sering bermain bersama saat libur sekolah.
Ketika ia duduk di kelas 8 MTs (Madrasah Tsanawiyah) ada perkataan seorang guru yang melekat di pikiran dan hatinya hingga kini. Ibu Masyitoh namanya, beliau seorang guru Aqidah Akhlak, mengatakan bahwa “hukuman untuk seorang wanita muslim yang baligh, namun tidak menjalankan salah satu perintah Allah, yakni tidak menggunakan hijabnya saat berpergian keluar rumah atau bertemu dengan yang bukan mahramnya. Kelak di akhirat, orang tersebut akan berada di neraka selama 70 ribu tahun”. Selain bijak, beliau juga dikenal sebagai guru yang killer. Maka dari itu, ketika berlangsung pelajaran yang diampu beliau, tak ada satupun murid yang bercanda atau bahkan tidur saat pelajaran berlangsung.
Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran yang ditunggu-tunggu oleh Lia. Pelajarannya di mulai setelah ishoma (istirahat, sholat, makan). Bagaimana suasana kelas yang panas karena teriknya sinar matahari dan mata yang mulai sayu karena mengantuk. Namun, harus tetap mendongakan kepala. Pada saat ibu Masyitoh membahas tentang apa saja kewajiban-kewajiban bagi seorang wanita yang sudah baligh, salah satunya adalah menggunakan hijab. Namun, setelah mendengar tema yang akan dipelajari pada siang itu, Lia langsung duduk tegap dan mendengarkan dengan seksama.
Walaupun terkenal sebagai guru yang killer, beliau menyampaikan materinya dengan santai dan
mudah untuk dipahami. Beliau menjelaskan betapa perihnya siksaan bagi wanita muslim yang tidak mengenakan hijabnya. Sejak saat itu, Lia memutuskan istiqamah untuk memakai hijabnya saat ia keluar rumah. Tak hanya itu, Lia juga mengajak Novi untuk belajar mengenakan hijab. Tak terasa pertemanan yang sudah terjalin sejak SMP, menjadi memori dimana Lia dan Canti memulai untuk memakai hijabnya hingga akhir hayatnya.
Komentar
Posting Komentar