AKU MENUNGGU AYAH DAN IBU

 

Oleh : Neng Sumiyati

Siang itu cukup terik sehingga membuat tujuan kami berbalik arah menuju supermarket terdekat. Mataku tiba-tiba mengarah kepada seorang anak yang sedang memangku wajah di meja panjang itu. Pikiranku cukup sederhana mungkin saja dia jenuh, karena sedang menunggu orang tuanya yang sedang berbelanja di dalam. Setelah kami berbelanja, tiba-tiba saja temanku ingin ke kamar mandi untuk urusan penting, sontak saja semakin memperkuat diriku untuk duduk di tempat yang sama dengan anak perempuan itu

Ku buka beberapa pesan yang sedari tadi memenuhi layar notifikasiku, begitu juga dengan satu susu kotak yang telah dibeli, ku buka dan ku nikmati sambil memperhatikan anak perempuan di depanku yang terus memeluk tablet dengan sampul pink itu. Aku menawarkan beberapa makanan ringan kepadanya, namun dia menolak. Pandangannya terus menatap ke arah jalan. Hal ini yang sedari tadi menarik perhatianku, untuk apa dia masih di sini, apakah orang tuanya selama itu berbelanja?. Yang pada  akhirnya aku kalah oleh daya inginku sendiri untuk bertanya tentang kebenarannya.

" Dek namanya siapa? Lagi nungguin ibu sama ayah ya "? Pertanyaan yang aku ajukan, hanya dibalas dengan anggukan dan tatapan kosong, setelah itu yang dia lakukan hanya berpindah posisi duduk. Namun tak lama kemudian dia menjawab.

" iya lagi nunggu di sini, tapi ibu sama ayah lagi kerja" jawabannya sembari memegang erat jaket kebesarannya itu.

" Hmhm, mba kira lagi belanja di sini juga, emang dari jam berapa dek? Tanyaku yang masih menatap mata sendunya itu

" jam tujuh pagi mba, ayah berjualan donat dan ibu jadi pengamen " katanya kepadaku sambil berbisik dalam mengurai pekerjaan ibunya tersebut.

" terus di sini sampe jam berapa dek?

" dari jam tujuh pagi sampe jam tujuh malem mba "

Pertanyaan itu terus berlanjut hingga berakhir dengan kata bosan. Anak perempuan yang aku lupakan namanya itu mengalami kebosanan luar biasa, seorang anak tunggal yang saat ini duduk di bangku akhir di Sekolah Dasar. Tanpa ada teman di sampingnya, hanya berberkal tablet canggih itu tak lupa dengan sebuah gitar panjang di samping tas besar yang dia bawa.

Yang menjadi kelapangan tersendiri adalah, ketika dia menjelaskan bahwa setiap jam makan datang, dia tak pernah kelaparan. Baik ibu dan ayahnya selalu datang untuk menyempatkan diri di waktu makan tersebut. Ayah dari anak perempuan itu berjualan donat melalui sepeda motor. Dia juga menjelaskan ketidaktahuannya terhadap tempat yang pasti dimana ayahnya berjualan. Karena dimana ada rezeki, ayahnya akan ada di sana.

Mungkin ada banya kisah kesepian, kebosanan yang lebih banyak di luar sana. Ada banyak juga ribuan pertanyaan mengapa dan mengapa seseorang melakukan hal apapun. Yang pada akhirnya  kita hanya bisa mengambil hikmah, masih bisa mengurai kebosanan di ruang beratap, masih bisa bersama dengan orang tua dan tentunya patut selalu bersyukur bagaimanapun keadaannya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH