Hormati Senior, Sayangi Junior

 

 data:image/jpeg;base64,/

Oleh : Indah Mawaddah Rahmasita

Memaknai sebuah istilah dan realitas dalam sebuah kultur masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Seperti halnya sebuah slogan yang tertulis disela jalan persimpangan di dalam sebuah perumahan. Dalam slogan itu tertulis sebuah untaian kata, yakni “Hormati senior, sayangi junior”. Kata-kata sederhana tetapi melambangkan penanaman sebuah karakter.

Diera sekarang, era yang dikenal dengan segala kecanggihannya tetapi tidak semua aspek menjadi canggih. Seperti halnya sebuah hubungan antar manusia yang kini hanya sebatas gawai. Begitu miris tetapi akan menjadi sebuah keniscayaan diwaktu yang akan datang. 

Bencana covid sejak diumumkannya secara nasional dua tahun yang lalu merupakan awal dari petaka retaknya sebuah hubungan antara manusia. Hal-hal yang awalnya tatap muka menjadi tatap layar kamera. Memang selama dua tahun itu banyak sepasang kekasih menjalin hubungan dalam mahligai rumah tangga dengan effort biaya yang sedikit. Tetapi bukan berarti itu jaminan keberlangsungan sebuah hubungan.

Beberapa bulan lalu, pasca mengikuti kegiatan praktik kerja lapangan di sebuah sekolah. Dalam riset mini yang dilakukan oleh penulis, banyak hal yang dilihat oleh penulis dalam aspek hubungan. Di lingkungan sekolah, hubungan antar siswa dan hubungan siswa dengan guru pasca covid sangatlah buruk. Hal ini bisa dilihat dari berita-berita yang beredar di media sosial. Siswa product covid sangatlah jauh dari tatakrama yang mandarah daging, yakni hilangnya rasa hormat. Tetapi dalam aspek prestasi siswa product covid banyak yang berprestasi. Hal ini tidak hanya terjadi dilingkungan siswa saja tetapi dilingkup mahasiswa pun juga.

Slogan “Hormati senior, sayangi junior” bak kata-kata mutiara. Jika dilihat dari sudut pandang kritik, untaian kata tersebut sangatlah menyinggung tetapi jika dilihat dari sudut pandag motivasi untaian kata tersebut bak doa di kala siang hari. Sedangkan bagi penulis kata-kata tersebut bak kata-kata sentimental. Hal ini dikarenakan untaian kata tersebut jika diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat bak mantra sihir. Karena kata-kata tersebut sangatlah sesuai dengan kehidupan masyarakat yang sekarang, apalagi dalam aspek attitude.

Menghormati seseorang adalah attitude yang kini jarang diimplementasikan di lingkup masyarakat. Sebab masyarakat era sekarang adalah masyarakat yang gila hormat tapi kurang menghormati bak kata-kata para netizen ketika mengkritik didunia media sosial. Memang sulit menghormati seseorang apalagi beda usia. Bukan masalah tua atau muda tetapi masalah hubungan yang akan membawa sebuah ketenangan. 

Pada dasarkan manusia itu saling membutuhkan. Hal ini dikarenakan manusia itu makhluk sosial. Oleh karena itu, sangat wajar jika sesame manusia saling membantu. Naasnya, budaya meminta tolong menjadi budaya langka sedangkan budaya menyuruh menjadi realitas. Sadar atau tidak hal ini sudah sering terjadi, tetapi untuk menegur pun masih sering terjadi kendala. Seperti halnya takut dijauhin, takut dianggap sombong, takut tidak punya teman dan lain-lainnya. Oleh karena itu, manusia-manusia istimewa yang memiliki rasa rendah hati untuk minta tolong, yang rasa besar hati untuk berterimakasih, yang memiliki rasa hormat, bahkan menghargai kini bak keniscayaan.

Rasanya sangat sedih ketika suatu hal yang dulunya lumrah kini menjadi keniscayaan. Rasa menghormati dan menghargai bak kelangkaan yang hakiki di era serba canggih ini. Maka dari itu untuk memupuk rasa hormat dan rasa menghargai maka kesadaran dan intropeksi adalah jawabnya. Jika manusia sadar dan intropeksi diri, insyaallah sebuah hidayah akan datang dengan sendirinya. Dengan demikian sebuah keniscayaan akan menjadi kenyataan, jika telah menjadi kenyataan rasa sayang dan peduli antar manusia akan tercipta. 

Sayang dan peduli dua kata yang tak bisa dipisahkan. Hal ini disebabkan bahwa jika manusia itu sudah sayang maka secara naluriah akan peduli. Maka dari itu, diharapkan setiap individu manusia memiliki dua kata tersebut dalam hidupnya supaya tercipta sebuah kedamaian yang merajuk pada kehakikian. Dengan demikian, menjadi manusia baik tidaklah cukup tanpa rasa sayang dan peduli, sebab orang baik akan memiliki dua perasaan tersebut.

Demikianlah opini yang penulis tulis dalam memandang slogan “hormati senior, sayangi junior”. Slogan sederhana yang memberi makna luar biasa dalam kehidupan. Sebab setiap aspek dalam kehidupan sangatlaha berhubungan. So, tingkatkanlah hubungan baik demi kebaikan yang akan datang didetik berikutnya. Seperti halnya potongan hadis berikut:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ, وَإِنمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Artinya:

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap perkara yang didapatkannya sesuai dengan niatnya,….” 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH