MENGADOPSI ADAPTASI

Hasil gambar untuk ADAPTASI
Oleh : Bagus Isnu Hariadi

                Mencari sebuah ide atau gagasan dalam perkara sosial bukanlah suatu yang receh atau diremehkan, adapun untuk menjalankan sebuah misi kesejahteraan, harus melihat dari perkembangan zaman ke zaman (4.0-milenial), agar sebuah misi tersebut bisa diterima dengan baik, juga secara implisit tanpa adanya timbul sebuah kontroversial, terutama untuk kalangan masyarakat awam, yang sejatinya perlu akan sebuah bimbingan. Tak berfikir jauh, sudah semestinya sikap ini harus dimiliki seorang yang bertugas sebagai pen-syiar agama (pendakwah), pemimpin atau tokoh bangsa. Sehingga dalam menjalankan sebuah misi akan lebih fleksibel, tanpa adanya benturan baik dari etnis, budaya, dan norma-norma apapun yang ada.

             Mengenai poin tersebut yang sudah pastinya dimiliki oleh seorang cendekiawan yang sebagaimana sudah terkenal melebur akan kultur yang kurang etis dengan nilai kebajikan, secara langsung kehidupan seorang cendekiawan membaur di tengah masyarakat, sehingga mudah dalam membawa norma-norma yang jadi misinya dan akan terjadi relasi yang kuat juga bisa mengetahui bagaimana aktivitas keseharian masyarakat tersebut. Untuk penyampaian suatu nilai dari seorang pendakwah atau cendekiawan, harus secara profesional maupun proporsional, karena dalam hal tersebut, akan dapat diketahui bagaimana interaksi dari masyarakat ketika mendapat sebuah wejangan (nasihat).

           Penyampaian yang menekankan akan nilai luhur yang bersifat edukatif dan kreatif, harus di sampaikan secara lugas dari seorang cendekiawan, budayawan, maupun seorang tokoh yang berperan aktif. Sebagaimana  yang kita ketahui sejarah tentang adanya Walisongo dalam misi dakwahnya di bumi nusantara, yang membawa akan nilai agama, dalam penyampaiannyapun sudah semestinya dijalankan dengan ramah dan tabah, agar terlihat bahwa agama itu humanis bukan ekstrimis, dan itu pun sudah menjadi sifat para walisongo sehingga hasilnya pun bisa kita sadari dan rasakan, dengan adat yang masih sama, kehidupan yang ramah, serta mancampurkan norma agama dengan budaya setempat tanpa menghilangkan keragaman apapun, hanya saja ada sedikit rehabilitasi agar terlihat lebih etis dan bernuansa agamis.

 Terimakasih & semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH