Dialog
Oleh: Fahima Yusro

"Sungai itu deras," Aku hanya berbisik dalam hati
"Hai, aku suka aliran derasmu", aku menyapanya
"Sungguh kau suka?" Ia kini menatapku
"Iya sungguh, indah, sedang derumu menentramkan" Jawabku tiada dusta

"Hmm" Ia menatap ke depan, sedikit menerawang kemudian mempertegas garis pandang
"Bahkan kau tak tahu," Aku menoleh bertanya-tanya, sepertinya ia ingin bercerita
"Coba kau lihat, banyaknya bebatuan di depan sana", Ia kini tertunduk lesu
"Melihat banyak batu di hadapku,mereka menghalangku, ingin rasanya aku berhenti melangkah”
“Tapi muara tempatku berpulang masih sangat jauh, dan akhirnya kuputuskan untuk menembus celah-celah kecil daripada batu-batu itu”

 Dan begitulah ia bercerita,
 Dan ia berpamit, sedang aku masih membeku
 Berusaha menelaah makna dari kisah yang baginya pilu
 Dan kemudian hati membisikku
 Terkadang, keindahan memiliki kilas balik yang tak bisa diukur seberapa kelabu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH