SI GADIS CAFEE


Oleh: M. Syahid

kucoba menatap rembulan dan bintang bintang, tampak gelapnya langit menjadi cahaya malam akan rembulan, bintang yang terlihat seperti titik putih di langit malam, wajah yang dulu tak terbayang kini menjadi beban, hati kini berdebar tak sanggup melihat rembulan tampak di bawah bayang mata, si gadis cafe yang selalu terbayang dengan secangkir kopiku. 

Suara gemuruk sering terdengar di cafee itu karena memang letaknya di pinggir jalan, suara bising motor dan kendaraan yang lewat menjadi hiburan musik para pecandu kopi, terkadang diskusi kami diusik oleh suara itu namun bukan menjadi masalah karena sudah biasa. Ya harga yang lumayan terjangkau di banding cafee lainya menjadi cafee bagi kami mahasiswa “kere” dengan 3000 rupiah kita sudah bisa menikmati secangkir kopi hitam sepanjang malam. 

Malam itu bulan sudah beranjak ke sisi lain dan aku kembali memesan secangkir kopi, tampak pelayan itu lagi yang datang menghampiriku dengan secangkir kopi racikannya, entah itu karena ada rasa atau aku yang sedang gila tapi dia membawa pancaran cahaya dibawah gemerlapnya bulan. datangnya kusambut dengan pertanyaan hangat “mba kerja disini sampai jam berapa” sampai subuh mas jawab si gadis cafe” setelah itu aku tak bertanya lagi, itu cuman pertayaan biar aku bisa mendengar suara dari gadis cafee itu (Bucin).



Malang 1 April 2020
PP.  darun Nun Malang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH