MALAMKU DENGAN ANAK JALANAN



Oleh: Dihyat Haniful Fawad

Ini adalah kisah nyata yang menginspirasi. Kuingin bercerita Tentang kemarin malam, Di kala seluruh manusia Menikmati mimpi yang saling berbeda. Mataku terbangunkan oleh suara Bersumber dari luar jendela, Tak tahu dalam bentuk apa. Hanya terdengar nyanyian anak jalanan. Dengan gitar kecil yang terangkul, Dengan sebelah tangan terulur Memetik senar yang kusut Hingga larut. Mencari rezeki hingga tak tahu Dimana mereka berada. Dari Kota ke desa, Hingga ujung dunia. Aku tahu mereka, Dari pagi hingga larut Tak sepeserpun rupiah yang mereka dapat. Manusia takut dengan mereka. Manusia takut Mereka adalah pembawa wabah, Mereka adalah penyakit menular, Mereka adalah sumber kematian. Bukan begitu hai manusia. Bagaimana jika mereka berpikir hal yang sama Kepada kalian?

Mereka tak tahu apa yang terjadi di dunia fana ini, Yang mereka tahu hanyalah turun ke jalanan, mencari rezeki berupa uang. mereka kotor, bau dan dekil, tapi mereka berhak untuk hidup ditengah masyarakat. Kepada manusia, mereka butuh penolong, mereka mengajak manusia tuk bersosial, mereka memberi jalan kepada manusia dalam pahala.

Aku membayangkan mereka. Uluran tangannya tuk meminta kepada manusia, dengan menampakkan wajah mereka yang kotor, akibat debu jalanan, rambut yang kusut, sendal jepit yang putus, baju yang robek. Bukannya mengasihani, malah merasa jijik. Aku membayangkan mereka kembali. Di siang harinya, pasti tak hanya meminta di lampu merah. Mungkin ke ruko pinggir jalan pun mereka temui. Mereka diusir, dimarahi, bahkan disiram dengan segelas ampas kopi. Tapi mereka kuat, mental seperti baja. Walau hati sakit. Aku membayangkan mereka.

Kisah diatas adalah sepenggal cerita nyata yang aku alami ketika aku tertidur lelap dan terbangunkan dengan adanya anak jalanan yang lewat di depan rumahku dengan bernyanyi tak jelas. Kemudian, di malam itu pula aku membayangkan bagaimana kehidupan mereka di jalanan sana. Apakah dengan hidupnya seperti itu merupakan kebahagiaannya atau sebaliknya. Maka, berjiwa sosial yang tinggi sangatlah dibutuhkan bagi orang yang kurang mampu. Pangkat dan jabatan adalah aksesoris yang kita gunakan di tempat kerja kita. Tetapi, ketika kita menapakkan kaki di jalanan, kita semua sama.

#dirumahberkarya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH