RESENSI BUKU "FILOSOFI TERAS"
Oleh: Inayatul Maghfiroh
Judul Buku : Filosofi Teras
Pengarang : Henry Manampiring
Penerbit : Buku Kompas
Tahun Terbit/ cetakan ke : 2019/6
Tebal : xxiv + 320 hlm,;13 cm x19 cm
Harga : Rp. 83.000,00
Presensi : Inayatul Maghfiroh
Buku dengan dua belas
bab ini, dengan judul yang cukup membuat berpikir, filosofi teras, kenapa harus
teras ? ternyata, judul ini diambil dari pembahasan inti yaitu tentang
stoisisme yang asal mulanya karena seorang filsuf suka mengajar di sebuah teras
berpilar, dimana dalam bahasa yunani teras : stoa ,yang kemudian para
pelajarnya disebut “ kaum stoa”.
Buku filosofi teras
sebagaiamana dalam covernya ditujukan untuk membentuk mental tangguh di masa
kini. Bagaimana kita mengasah nalar pikir yang benar, bukan sekedar
terlalu bepikir positif tapi tidak realistis, buku filosofi teras membentuk
cara pikir yang menggunakan nalar, seperti salah satu ungkapan dalam buku ini “
“ some things are up to us, some things are not up to us” _ epictus
Ada hal-hal di bawah kendali ( tergantung pada)
kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali ( tidak bergantung pada )
kita. Kalimat tersebut diuraikan dengan bahasa santai dan dicontohkan
dengan contoh yang realistis, misalnya salah satu contoh yang digambarkan dalam
buku ini terkait ungkapan sebelumnya yaitu ketika kita sedang melakukan
perjalanan, kemudian terjebak macet. Hal apa yang musti dilakukan, mungkin bagi
sebagian orang akan merasa jenuh, kesal, pengap, atau bahkan sampai ngomel-ngomel
sendiri. Namun, setelah membaca buku ini, kita jauh bisa lebih baik menyikapi
keadaan, dengan menyadari mana hal yang berada dalam kendali kita, dan mana
yang bukan. Seperti macet, macet merupakan salah satu hal yang ada di luar
kendali kita, dengan menyadari hal itu tentu kita sadar bahwa kita tidak bisa
memaksa mengendalikan sesuatu yang berada di luar kendali kita, memaksa dengan
ngomel-ngomel “ kenapa harus macet, kan jadi telat kerjanya” misalnya,
padahal dengan cara seperti itu, tidak dapat mengubah kemacetan bisa selesai
saat itu juga. Tetapi, kita punya pikiran kita yang bisa kita kendalikan
bagaimana menyikapi kemacetan ini yang berujung membawa akibat positif untuk
diri kita sendiri minimal, dan untuk orang lain. Dari contoh, diatas mengajak
pembaca untuk mencoba melatih diri sendiri dalam menyikapi setiap sesuatu yang
terjadi kepada dirinya, dengan menyadari hal-hal yang berada dalam kendali kita
dan yang tidak berada dalam kendali kita. Sehingga jiwa akan lebih tenang dalam
menyikapi setiap peristiwa yang terjadi.
Buku bagus ini selain membahas tentang hal-hal
seperti itu, dengan bahasa santainya menjadikan pembaca seakan-akan
mengobrol langsung dengan penulisnya, buku ini secara isi sangat bagus untuk
dibaca karena membantu kita menyadari sebagai manusia, apalagi disertai dengan
pengaplikasian, buku ini akan membantu menuntaskan kekecewaan secara perlahan,
tentu diiringi dengan seringnya latihan. Selain itu, buku ini dilengkapi dengan
quotes-quotes yang ditulis di kertas berwarna sehingga mudah dicari. Tulisannya
yang terketik kecil-kecil cukup membuat pembaca menambah tingkat fokus dan
konsentrasi ketika membaca.
Well, buku ini sangat mendukung bagi siapapun yang
ingin belajar dan latihan untuk membentuk kepribadian yang lebih tenang,.
Komentar
Posting Komentar