Syahdunya antara Hari Santri dan Maulid Nabi Saw
Syahdunya antara Hari Santri dan Maulid Nabi Saw
(PMII SA memperingati HSN dan Maulid Nabi bersama KH Chamzawi)
Oleh: Bagus Isnu H
Pada tahun 2015, tepat ditanggal 22 Oktober. Umat islam bersatu
berbondong memperjuangkan hari bersejarah yang pernah dimiliki, semua elemen
bersatu membawa satu permohonan ke pemerintah agar menjadikan tanggal 22
Oktober adalah Hari Santri Nasional. Dengan begitu disahkannya HSN tersebut,
umat islam tidak akan terkikis dari nilai sejarah perjuangan atas
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka sangat bersykur jika
kini sudah lima kalinya kita memperingati Hari Santri secara khidmat.
Menteri Agama Pak Alamsyah pernah berkata " Pancasila adalah
hadiah terbesar Umat Islam untuk Bangsa Indonesia", ini merupakan sebuah
anugerah yang kini menjadi dasar ideologi bangsa Indonesia. Mengingat dikala
itu sungguh kerumitan dengan saling berargumen, untuk mencari landasan
berdirinya suatu negara, dan ketika Bung Karno menyampaikan dan atas riyadhoh
dari para ulama, maka sudah sah atas Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah Pancasila. Dengan begitu tidak ada lagi perseteruan antar golongan,
sehingga semuanya merasa terayomi atas nilai-nilai dari Dasar Negara yaitu Pancasila.
Dalam kisah Nabi Saw, juga pernah melakukan sebuah perjanjian
kudaibah yang mencari jalan keluar atau titik temu dari permasalahan dengan
tanpa adanya pertumpahan darah. Dalam perjanjian ini dari kalangan muslim
menyatakan yang bertanda dalam perdamaian ini adalah "Muhammad
Rasulullah" akan tetapi suku Qurays menolak, dengan begitu Nabi Saw mengambil
keputusan yang tepat agar tidak ada sebuah perseturuan lagi antar golongan,
maka perjanjian itu diatasnamakan "Muhammad Ibni Abdillah". Sungguh
kelegahan sifat Nabi Saw yang tidak ingin ada perpecahan apalagi sampai
pertumpahan darah.
Hikayat dalam dua peristiwa besar itu adalah keniscayaan yang
pernah pecah dimasa lampau, yang kini tetap menjadi sebuah pedoman atau asas
hidup yang damai atas penuh keragaman umat. Nabi Saw dalam kurun waktu yang
singkat (23 tahun) untuk berdakwah, mampu membawakan sebuah perubahan yang
besar dan dampaknya yang nyata. Nabi membawa tiga konsep dalam dakwahnya:
pertama, Tauhidul Ilah, yang merubah konsep banyaknya menyembah berbagai
tuhan sebab banyak permintaan dengan hanya menyembah satu tuhan walau banyak
permintaan.
Kedua, Tauhidul Ummah disini Nabi Saw membawa nilai peri
kemanusiaan, yang tidak mau tendesi kepada satu pihak saja. Dan apabila ada
atau akan terjadi sebuah peperangan maka hal pertama yang Nabi lakukan adalah
negoisasi, bagaimana caranya agar peperangan tidak sampai terjadi. Dan mungkin
saja, jika disandingkan zaman ini Nabi Saw akan berjuluk sebagai seorang diplomat.
Juga seperti dari dua suku yaitu Khojrot dan Aus, yang bisa bersatu atas
perjuangan dari Nabi Saw.
Ketiga, Tauhidul Hukumah yaitu sebuah pemerintahan, yang
dimana ketika sudah bernama pemerintahan maka tidak lepas dari politik. Nabi
Saw juga paham tentang politik, dengan ini Nabi Saw bisa mewujudkan sebuah daulah
atau negara yang damai, tentram dan saling melindungi. Akan tetapi politik Nabi
Saw itu merangkul semua suku dan golongan, sehingga apabila Nabi Saw memberi
keputusan, semua kalangan bisa menerima dengan tanpa ada ketersinggungan.
Begitu pula Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari, yang mampu
memobilisir rakyat Indonesia khususnya Jawa Timur dengan seruan Resolusi
Jihadnya di tanggal 22 Oktober, untuk menumpas kedholiman dan melawan penjajahan
yang ingin menguasai kembali Bumi Pertiwi yang sekian lama sudah memproklamasikan atas kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
Dan dalam kajian ini Sahabat KH Chamzawi memberi pesan kepada seluruh Mahasiswa terutama Kader PMII. Pertama, harus setia dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, sebagai pemuda harus eksis dan tanggap akan sebuah keadan zaman sehingga akan tetap bisa membawa nilai keislaman sebagaimana estafet ''perjuangan'' para Auliya' dahulu. Dan sebagai penutup Sahabat KH Chamzawi menyampaikan "Mahasiswa harus punya idealis, karena masih belum terombang-ambing sebuah tanggungjawab. Dan Nabi juga seorang yang Idealis, hingga semua yang telah digagas bisa terwujudkan dan sampai kita sekarang mengetahuinya."
Komentar
Posting Komentar