Liburan Yang Berkesan
Ilustrasi Pantai (Sumber : e.paper.blogger)
Perkenalkan namaku Gholi dan orang
yang memboncengku ialah Nauval kakakku. Dan dua orang lagi Akmal dan Yusril yang
masih sepupuku. Hari ini kami berencana untu
k menikmati liburan semester dengan
pergi ke salah satu pantai yang ada di Kota kami. Namun pantai yang kami tuju
bukanlah pantai yang sudah terkenal, akan tetapi pantai yang belum pernah
dikunjungi oleh orang lain. “Biar gak itu-itu aja” begitulah ujar kakak ku.
Kami berempat berangkat cukup pagi, sekitar pukul 06:00. Dan kami perkirakan
sampai tempat tujuan pukul 07:30 pagi karena memang tempatnya tidak terlalu
jauh, masih dalam Kota yang kami tinggali.
Perjalanan berlalau dengan cepat
tanpa ada hambatan yang kami alami. Pada pukul 07:00 kami sudah hampir sampai
dan telah meninggalkan jalanan Kota yang ramai dan memasuki jalan desa yang
kecil. Cukup lama kami meliak-liuk di jalanan desa sampai akhirnya kami
berhenti sejenak karena menemukan jalan bercabang. Di pojok jalan terdapat
petunjuk arah, jika lurus ada sekitar 4 pantai dan jika belok kanan ada sekitar
3 pantai. Kami bingung mau memilih yang mana karena memang tujuan kami
mengunjungi pantai yang belum banyak di ekspos oleh orang-orang, dan semua nama
pantai yang tertulis di petunjuk arah asing bagi kami. Setelah terdiam cukup lama
Akmal pun angkat bicara. “Kalau kataku sih lurus saja, liat tuh jalanya kalau
lurus udah gak aspalan lagi dan banyak batuan pantai berarti udah deket sama
pantainya” katanya dengan penuh percaya diri. “Okelah, gass lagi” sahut kakak
ku. Kami pun langsung tancap gas tanpa banyak pikir lagi.
Jalan yang kami pilih cukup sulit
dilewati karena tadi malam diguyur hujan deras sehingga jalanya berlumpur dan
penuh kubangan air. Sepanjang jalan tak satupun rumah terlihat hanya segumpulan
rumput-rumput liar dan ladang tebu yang menutupi pengelihatan kami dengan
sekitar. Kami berjalan perlahan dan tak terasa tempat yang kami tuju tidak jauh
lagi, tampak di depan lautan terbentang
luas dalam pengelihatan kami. Akan tetapi di depan terdapat jalan bercabang
kembali, satu arah ke kiri dengan turunan yang cukup curam dan satu lagi ke
kanan yang datar. Kami pun dibuat bingung kembali, karena memang baru pertama
kali dan juga tempat yang jarang dikunjungi oleh orang. Akmal pun angkat bicara
lagi “Ini mah udah jelas pasti yang kiri kan jalanya turun, apalagi pantai itu
kan jelas di bawah” serunya dengan percaya diri. “Iya ya, kayaknya sih gitu”
sahut Yusril yang membonceng Akmal. “Gak salah juga sih, coba aja dulu entar
kalo salah tinggal balik lagi” Kataku sambli melepas helm karena kepanasan.
“Iya wes” sahut Nauval kakak ku. Kami pun langsung menuruni jalan sebelah kiri
tanpa banyak pikir apakah bisa naik lagi karena jalanan yang berlumpur.
Tidak lama kami turun dengan
perlahan dan ternyata jalan yang kami ambil salah. Di depan kami tidak ada
jalan lagi, hanya rimbunan pohon dan semak belukar yang sangat tinggi. “Aduh,
salah jalan ini” Kata Nauval sambil menghentikan motornya. “Tunggu bentar coba
aku cek ke atas palingan ada jalan” kataku sambil berjalan menaiki bukit kecil
yang berada di sebelah kanan tempat kami berhenti. Tidak lama aku sampai di
atas dan ternyata memang tidak ada jalan lagi. “Oi..! gak ada jalan, puter
balik aja kayaknya bener ke kanan tadi” teriaku dari atas bukit yang kudaki.
“Yaudah cepetan turun” teriak kakak ku. “Iya iya bentar, photo dulu lah lumayan
viewnya bagus dari sini, naik aja dulu” jawabku sambil tertawa. “Oke tunggu di
atas” jawab Yusril dan Akmal serempak. Setelah beberapa waktu kami pun akhirnya
putar balik untuk mencoba jalan yang satu lagi.
Kami naik dengan perlahan, namun di
tengah perjalanan naik kembali motor yang kukendarai tersendat oleh kubangan
lumpur dan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Aku langsung turun dari
motor dan melihat ban motorku yang sudah penuh dengan lumpur. “Gimana nih”
tanyaku pada Akmal dan Yusril. “Coba diangkat aja dikit biar bisa jalan dulu”
Jawab Yusril. Kami berempat pun mencoba mengangkat motor yang kupakai. Dan
akhirnya bisa bergerak kembali, namun tak lama kemudian kembali motor yang
kukendarai tersendat lumpur dan tak bisa bergerak. Kami pun kembali
mengangkatnya, sampai beberapa kali kejadian tersebut terus berulang dan
matahari semakin panas mulai mengeringkan lumpur-lumpur di jalan. Tapi sial
bagiku, benar saja lumpur yang di jalan mulai mengering, namun tak luput juga
lumpur yang ada di ban motorku juga mongering sehingga ban motorku tidak bisa
berputar. Dan kami putuskan untuk berhenti sambil membersihkan lumpur kering
yang ada di ban motorku.
Setelah beberapa waktu aku berusaha
membersihkan ban motor yang kukendarai. Hanya sedikit lumpur yang bisa
kuhilangkan karena tidak adanya alat untuk membersihkanya. Kakak ku mencoba
membantu membersihkanya dengan potongan ranting pohon yang ada di dekat kami.
Namun usahanya tidak membuahkan hasil yang maksimal karena lumpurnya sudah sangat
mengeras. “Do’a aja dulu barangkali nanti ada orang lewat yang bisa bantu”
celetuk Akmal yang sedang duduk di sebelahku. “Iya wes cepetan pimpin mal do’a
bareng-bareng” Kata Yusril. “Lah lu aja yang mimpin” Jawab Akmal. “Yah aku gak
tau do’anya makanya nyuruh kamu” kata Yusril. “Itu loh Gholi hapal” kata Akmal
sambil menunjuku. “Yah aku gak hafal mal” jawabku sambil berusaha membersihkan
ban motorku. “Yelah gitu aja gak hafal Ghol, itu loh yang dulu di ajarin sama
Ustadz” kata Akmal. “Yang mana mal perasaan gak pernah tuh diajarin” jawabku
sambil memeras otak berusaha mengingat apa yang dikatakan Akmal. “Yaudah kamu
aja mal yang ingat” sahut kakak ku. “Hehehehe… aku juga gak hafal” jawab Akmal
sambil tertawa dengan canggung. “Yaelah mal mal kirain tau dah sok-sokan” jawab
kami bertiga dengan serempak. “Yah maaf barangkali kana da yang tau” katanya.
Kami pun mengobrol berusaha menghilangkan kebosanan sambil membersihkan ban
motorku sedikit demi sedikit.
Waktu berlalu dengan cepat tak
terasa matahari sudah tepat lurus di atas kepala kami dan ban motorku belum
juga bisa bergerak karena masih ada lumpur yang tidak bisa dihilangkan dengan
ranting saja. Kami pun tetap berusaha sambil mengobrol panjang lebar. Tidak
lama setelah itu terlihat ada motor yang menuju arah tempat kami berhenti.
“Kenapa le” tanya bapak yang mengendarai motor tadi. “Ini pak tadi ban motornya
selip kena lumpur terus sekarang gak bisa gerak karena lumpurnya mengeras”
jawab kakak ku. “Coba sini saya lihat” kata bapak tersebut sambil turun dari
motornya. “Oh bisa ini le di bersihkan pakai arit, sini biar saya bersihkan”
kata bapak tersebut lalu mengambil arit yang di taru di motornya. Tidak lama
motorku pun akhirnya bisa bergerak kembali. “Makasih pak” ucap kamu berempat
dengan serempak. “Iya, wes hati-hati” kata bapak tersebut sambil mengendarai
motornya kembali. “Maaf pak bisa minta tolong kasih tau jalan yang gak
berlumpur pak, nanti takutnya kena lagi” kata Nauval kakak ku. “Gini aja wes,
kalian ikuti saya tak antarkan” kata bapak tersebut. “Iya pak makasih” jawab
kami berempat. Kami pun langsung mengikuti dibelakang bapak tersebut.
Tidak lama kami mengikuti bapak
tersebut akhirnya kami bisa keluar tanpa banyak hambatan. “Makasih pak” kata
Yusril yang berada di dekat bapak tersebut sambil berusaha memberikan uang
karena telah membantu kami. “Apa ini le, gak usah orang gitu aja gak repot kok”
jawab bapak tersebut sambil menolak uang yang diberikan oleh Yusril. “Gak papa
Pak ambil aja” kata Yusril sambil berusahamemberikan uang tersebut. “Udag gak
usah le” jawab bapak tersebut dan langsung menjalankan motornya pergi. “Gimana
nih” kata Yusril pada. “Yaudah wes mau gimana lagi” jawab Nauval kakak ku. “Ayo
wes langusng balik udah mau habis nih dzuhur” kata Akmal. Kami pun langsung
menancap gas dan pulang meninggalkan tempat yang cukup berkesan bagi kami.
Komentar
Posting Komentar