Liburan Yang Berkesan


Ilustrasi Pantai (Sumber : e.paper.blogger)

Oleh: Hilmi Gholi Hibatulloh

“Ghol, udah siap belum” teriak kakak ku diluar rumah. “Bentar-bentar ini lagi pakai baju, nyalain dulu aja motornya” jawabku yang masih di dalam rumah. “Iya, cepetan tapi” balas kakak ku. Tidak lama kemudian aku keluar rumah dan menghampirinya. “Yuk, gass” kataku sambil naik ke motor. Kakak ku langsung tancap gas dan motor yang kami kendarai langsung melesat ke jalanan desa tempatku tinggal menuju rumah Akmal dan Yusril yang kemarin sempat aku ajak berlibur bersama.

            Perkenalkan namaku Gholi dan orang yang memboncengku ialah Nauval kakakku. Dan dua orang lagi Akmal dan Yusril yang masih sepupuku. Hari ini kami berencana untu
k menikmati liburan semester dengan pergi ke salah satu pantai yang ada di Kota kami. Namun pantai yang kami tuju bukanlah pantai yang sudah terkenal, akan tetapi pantai yang belum pernah dikunjungi oleh orang lain. “Biar gak itu-itu aja” begitulah ujar kakak ku. Kami berempat berangkat cukup pagi, sekitar pukul 06:00. Dan kami perkirakan sampai tempat tujuan pukul 07:30 pagi karena memang tempatnya tidak terlalu jauh, masih dalam Kota yang kami tinggali.

            Perjalanan berlalau dengan cepat tanpa ada hambatan yang kami alami. Pada pukul 07:00 kami sudah hampir sampai dan telah meninggalkan jalanan Kota yang ramai dan memasuki jalan desa yang kecil. Cukup lama kami meliak-liuk di jalanan desa sampai akhirnya kami berhenti sejenak karena menemukan jalan bercabang. Di pojok jalan terdapat petunjuk arah, jika lurus ada sekitar 4 pantai dan jika belok kanan ada sekitar 3 pantai. Kami bingung mau memilih yang mana karena memang tujuan kami mengunjungi pantai yang belum banyak di ekspos oleh orang-orang, dan semua nama pantai yang tertulis di petunjuk arah asing bagi kami. Setelah terdiam cukup lama Akmal pun angkat bicara. “Kalau kataku sih lurus saja, liat tuh jalanya kalau lurus udah gak aspalan lagi dan banyak batuan pantai berarti udah deket sama pantainya” katanya dengan penuh percaya diri. “Okelah, gass lagi” sahut kakak ku. Kami pun langsung tancap gas tanpa banyak pikir lagi.

            Jalan yang kami pilih cukup sulit dilewati karena tadi malam diguyur hujan deras sehingga jalanya berlumpur dan penuh kubangan air. Sepanjang jalan tak satupun rumah terlihat hanya segumpulan rumput-rumput liar dan ladang tebu yang menutupi pengelihatan kami dengan sekitar. Kami berjalan perlahan dan tak terasa tempat yang kami tuju tidak jauh lagi, tampak di depan lautan  terbentang luas dalam pengelihatan kami. Akan tetapi di depan terdapat jalan bercabang kembali, satu arah ke kiri dengan turunan yang cukup curam dan satu lagi ke kanan yang datar. Kami pun dibuat bingung kembali, karena memang baru pertama kali dan juga tempat yang jarang dikunjungi oleh orang. Akmal pun angkat bicara lagi “Ini mah udah jelas pasti yang kiri kan jalanya turun, apalagi pantai itu kan jelas di bawah” serunya dengan percaya diri. “Iya ya, kayaknya sih gitu” sahut Yusril yang membonceng Akmal. “Gak salah juga sih, coba aja dulu entar kalo salah tinggal balik lagi” Kataku sambli melepas helm karena kepanasan. “Iya wes” sahut Nauval kakak ku. Kami pun langsung menuruni jalan sebelah kiri tanpa banyak pikir apakah bisa naik lagi karena jalanan yang berlumpur.

            Tidak lama kami turun dengan perlahan dan ternyata jalan yang kami ambil salah. Di depan kami tidak ada jalan lagi, hanya rimbunan pohon dan semak belukar yang sangat tinggi. “Aduh, salah jalan ini” Kata Nauval sambil menghentikan motornya. “Tunggu bentar coba aku cek ke atas palingan ada jalan” kataku sambil berjalan menaiki bukit kecil yang berada di sebelah kanan tempat kami berhenti. Tidak lama aku sampai di atas dan ternyata memang tidak ada jalan lagi. “Oi..! gak ada jalan, puter balik aja kayaknya bener ke kanan tadi” teriaku dari atas bukit yang kudaki. “Yaudah cepetan turun” teriak kakak ku. “Iya iya bentar, photo dulu lah lumayan viewnya bagus dari sini, naik aja dulu” jawabku sambil tertawa. “Oke tunggu di atas” jawab Yusril dan Akmal serempak. Setelah beberapa waktu kami pun akhirnya putar balik untuk mencoba jalan yang satu lagi.

            Kami naik dengan perlahan, namun di tengah perjalanan naik kembali motor yang kukendarai tersendat oleh kubangan lumpur dan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Aku langsung turun dari motor dan melihat ban motorku yang sudah penuh dengan lumpur. “Gimana nih” tanyaku pada Akmal dan Yusril. “Coba diangkat aja dikit biar bisa jalan dulu” Jawab Yusril. Kami berempat pun mencoba mengangkat motor yang kupakai. Dan akhirnya bisa bergerak kembali, namun tak lama kemudian kembali motor yang kukendarai tersendat lumpur dan tak bisa bergerak. Kami pun kembali mengangkatnya, sampai beberapa kali kejadian tersebut terus berulang dan matahari semakin panas mulai mengeringkan lumpur-lumpur di jalan. Tapi sial bagiku, benar saja lumpur yang di jalan mulai mengering, namun tak luput juga lumpur yang ada di ban motorku juga mongering sehingga ban motorku tidak bisa berputar. Dan kami putuskan untuk berhenti sambil membersihkan lumpur kering yang ada di ban motorku.

            Setelah beberapa waktu aku berusaha membersihkan ban motor yang kukendarai. Hanya sedikit lumpur yang bisa kuhilangkan karena tidak adanya alat untuk membersihkanya. Kakak ku mencoba membantu membersihkanya dengan potongan ranting pohon yang ada di dekat kami. Namun usahanya tidak membuahkan hasil yang maksimal karena lumpurnya sudah sangat mengeras. “Do’a aja dulu barangkali nanti ada orang lewat yang bisa bantu” celetuk Akmal yang sedang duduk di sebelahku. “Iya wes cepetan pimpin mal do’a bareng-bareng” Kata Yusril. “Lah lu aja yang mimpin” Jawab Akmal. “Yah aku gak tau do’anya makanya nyuruh kamu” kata Yusril. “Itu loh Gholi hapal” kata Akmal sambil menunjuku. “Yah aku gak hafal mal” jawabku sambil berusaha membersihkan ban motorku. “Yelah gitu aja gak hafal Ghol, itu loh yang dulu di ajarin sama Ustadz” kata Akmal. “Yang mana mal perasaan gak pernah tuh diajarin” jawabku sambil memeras otak berusaha mengingat apa yang dikatakan Akmal. “Yaudah kamu aja mal yang ingat” sahut kakak ku. “Hehehehe… aku juga gak hafal” jawab Akmal sambil tertawa dengan canggung. “Yaelah mal mal kirain tau dah sok-sokan” jawab kami bertiga dengan serempak. “Yah maaf barangkali kana da yang tau” katanya. Kami pun mengobrol berusaha menghilangkan kebosanan sambil membersihkan ban motorku sedikit demi sedikit.

            Waktu berlalu dengan cepat tak terasa matahari sudah tepat lurus di atas kepala kami dan ban motorku belum juga bisa bergerak karena masih ada lumpur yang tidak bisa dihilangkan dengan ranting saja. Kami pun tetap berusaha sambil mengobrol panjang lebar. Tidak lama setelah itu terlihat ada motor yang menuju arah tempat kami berhenti. “Kenapa le” tanya bapak yang mengendarai motor tadi. “Ini pak tadi ban motornya selip kena lumpur terus sekarang gak bisa gerak karena lumpurnya mengeras” jawab kakak ku. “Coba sini saya lihat” kata bapak tersebut sambil turun dari motornya. “Oh bisa ini le di bersihkan pakai arit, sini biar saya bersihkan” kata bapak tersebut lalu mengambil arit yang di taru di motornya. Tidak lama motorku pun akhirnya bisa bergerak kembali. “Makasih pak” ucap kamu berempat dengan serempak. “Iya, wes hati-hati” kata bapak tersebut sambil mengendarai motornya kembali. “Maaf pak bisa minta tolong kasih tau jalan yang gak berlumpur pak, nanti takutnya kena lagi” kata Nauval kakak ku. “Gini aja wes, kalian ikuti saya tak antarkan” kata bapak tersebut. “Iya pak makasih” jawab kami berempat. Kami pun langsung mengikuti dibelakang bapak tersebut.

            Tidak lama kami mengikuti bapak tersebut akhirnya kami bisa keluar tanpa banyak hambatan. “Makasih pak” kata Yusril yang berada di dekat bapak tersebut sambil berusaha memberikan uang karena telah membantu kami. “Apa ini le, gak usah orang gitu aja gak repot kok” jawab bapak tersebut sambil menolak uang yang diberikan oleh Yusril. “Gak papa Pak ambil aja” kata Yusril sambil berusahamemberikan uang tersebut. “Udag gak usah le” jawab bapak tersebut dan langsung menjalankan motornya pergi. “Gimana nih” kata Yusril pada. “Yaudah wes mau gimana lagi” jawab Nauval kakak ku. “Ayo wes langusng balik udah mau habis nih dzuhur” kata Akmal. Kami pun langsung menancap gas dan pulang meninggalkan tempat yang cukup berkesan bagi kami.

           

             

           

            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS DESKRIPTIF PONDOK PESANTREN DARUN NUN

KISAH HARU SANG DOKTER

BIOGRAFI PENGARANG KITAB QAMUS AL MUHITH