UJIAN BUKAN ANCAMAN
https://mobile.myindischool. |
Oleh: Siti Laila ‘Ainur Rohmah
Mayoritas orang
ketika mendengar kata ujian membuat hatinya resah, terkadang juga sedih. Sama halnya
jika ujian sekolah atau ma’had bagi seorang siswa. Rasanya bergejolak tidak
karuan seperti di penghujung proses pembelajaran yang menentukan kelulusan
mereka di tahap selanjutnya. Segala upaya dilakukannya dengan maksimal agar dapat
melampaui ujian dengan lancar, termasuk dalam ujian sekolah atau ma’had
berharap agar dimudahkan dalam mengerjakan soal dan mendapatkan hasil yang
memuaskan. Hal ini masih dalam konteks ujian materi pelajaran yang bisa
dipelajari dengan membaca buku/catatan, mereview kembali penjelasan guru, dsb. Bagaimana
dengan ujian yang lain? misalnya ujian kehidupan.
Manusia sebagai
salah satu makhluk yang menjadi “lakon” atau tokoh dalam istilah pewayangan
dikendalikan oleh Dalang yang mengatur jalan ceritanya. Jika di kehidupan
nyata, manusia pun sama. Dia dikendalikan oleh Allah SWT dengan takdir yang
menjadi kuasa-Nya. Di dalam mengarungi samudra kehidupan, setiap orang pasti
pernah menemui jalan terjal yang menghadang. Itulah bagian dari ujian yang
Allah SWT berikan kepada hamba-Nya. Apakah hamba itu mampu melampaui ujian
dengan sabar, atau justru sebaliknya, malah mengeluh dan sampai menjadikannya
terpuruk dalam keputusasaan.
Sebuah ujian
tidak selalu berupa ancaman, penderitaan. Namun juga dapat berupa hal-hal yang menggembirakan
atau nikmat. Abi Halimi Zuhdy (seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia dan
Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang) pernah berkata, “Ujian kita ketika sepi. Ujian terberat kita
ketika dalam posisi sendiri.” Dari sini mengandung arti bahwa sebenarnya ujian
terberat itu ketika seseorang sedang dalam keadaan sendiri karena dia merasa tidak
dapat diawasi oleh siapapun, padahal sejatinya ada Allah SWT yang selalu
mengawasi hamba-Nya.
Ketika sendiri,
manusia merasa bebas melakukan hal apapun sesuai kehendaknya. Beruntung jika
dengan kesendiriannya itu dibuat untuk ibadah dengan khusyuk atau melakukan
kebaikan-kebaikan yang lain. Namun yang dikhawatirkan jika di dalam
kesendiriannya itu mengantarkan seseorang terjerumus kedalam hal-hal yang
dilarang. Misalnya melihat video atau gambar-gambar yang tidak senonoh. Hal ini
mungkin dianggap biasa oleh sebagian orang, padahal dampaknya lebih menakutkan
apalagi bagi generasi penerus bangsa. Dari contoh tersebut terlihat bahwa ujian
terkadang juga membuat seseorang terlena. Apalagi jika diuji dengan waktu luang
yang biasanya sering terlupakan.
Namun dari sini
dapat diambil hikmah bahwa, ujian itu harus dihadapi, bukan untuk dibiarkan
sesuka hati. Dihadapi dengan hati dan fikiran yang ikhlash serta memohon
petunjuk kepada-Nya agar dimudahkan dalam melampaui ujian. Sebuah ujian dapat
mengajarkan seseorang juga untuk lebih dewasa dalam menghadapinya. Yakinlah
bahwa dengan ujian itu Allah SWT akan mengangkat derajat seseorang kedalam
ridha-Nya. Waallahu a’lamu bisshowab.
Pondok
Pesantren Darun Nun Malang
Komentar
Posting Komentar